Hola gaes,
Pernah gak waktu di sekolah dulu di kelasmu punya teman yang disabilitas? Teman istimewa yang butuh dukungan kamu dalam belajar dan juga bersosialisasi. Lalu bagaimana nih cara kamu memperlakukannya? Tentunya harus baik dong ya.
Jangan sampai kamu seperti Shoya Ishida, yang memperlakukan teman sekelasnya Shoko Nishimiya yang disabilitas dengan sangat buruk di sebuah film Animasi Koe no Katachi.
Walaupun hanya film animasi, film ini memberikan banyak pelajaran buat kita untuk menghargai teman disabilitas. Karena mereka punya hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan di sekolah, apalagi sekolah yang kondisinya normal.
Penyandang disabilitas dan kusta mempunyai hak yang sama dan setara dalam segala hal terutama bidang pendidikan dan pekerjaan jika ia sudah dewasa nanti.
Tetap Semangat Sekolah Meski Disabilitas
Sama halnya dengan yang dialami oleh adik Ignas Carly. Seorang siswa yang masih duduk di bangku kelas 5 SDN Rangga Watu, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Ignas begitu nama akrabnya dipanggil.
Ia merasa betah sekolah di Sekolah Negeri tersebut karena guru, kepala sekolah dan teman-temannya dengan baik memperlakukannya. Walaupun pernah diledek, Ignas yang merupakan penyandang disabilitas, merasa guru dan teman-temannya memperlakukannya tanpa adanya diskriminasi.
Ignas adalah salah satu siswa yang beruntung sekolah di sana. Ini karena peran bapak Anselmus G. Kartono dan bapak Kepala Sekolah Frans Patut, S.pd, yang tak pernah lepas dalam mendukung penuh pendidikan inklusif di SDN Rangga Watu.
Hingga Ignas dan ke enam teman-temannya yang juga disabilitas akhirnya mendapatkan pendidikan yang layak untuk masa depannya.
Cerita tentang Ignas Carly ini saya tonton melalui streaming Youtube kanal Berita KBR di sesi Ruang Publik, Jumat kemarin, 21 Oktober 2022, dengan tema Pendidikan Bagi Anak dengan Disabilitas dan Kusta.
Menghadirkan narasumber bapak Anselmus Gabies Kartono dari Yayasan Sankita, kepala sekolah SDN Rangga Watu Frans Patuh, S.pd, dan Ignas Carly sebagai anak disabilitas, dengan host Rizal Wijaya.
Pendidikan Inklusif yang Memadai di SDN Rangga Watu
Pendidikan Inklusif seperti yang kita ketahui, adalah pendidikan yang mengikut sertakan anak disabilitas dalam sekolah umum atau reguler.
Kesempatan untuk mendapatkan pendidikan inklusif tersebut sudah diatur dalam UU nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, dan PP nomor 13 tahun 2020 tentang Akomodasi yang Layak untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas.
Melalui peran bapak Anselimus G.Kartono selaku pendiri Yayasan Kita Juga ( SanKita ) yang sedari tahun 2007 sudah memperjuangkan hak para penyandang disabilitas untuk mendapatkan kesempatan yang sama baik di sekolah dan lingkungan sosialnya. Melalui Yayasan Sankita, ia mendorong SDN Rangga Watu untuk menjadi sekolah inklusif sejak tahun 2017.
Mengapa SDN Rangga Watu menjadi sekolah inklusif? padahal sekolah SLB yang khusus menangani anak disabilitas/anak berkebutuhan khusus kan ada.
Sekolah SLB di daerah apalagi daerah terpencil tentu saja masih dapat dihitung dengan jari. Kalaupun ada, mungkin letaknya agak jauh dan lebih cenderung ke kota.
Pic : Youtube Berita KBR |
Sekolah SDN Rangga Watu merupakan pilihan terbaik karena fasilitas dan peralatan yang mendukung anak disabilitas sudah memadai.
Selain itu untuk mendukung proses pembelajaran yang inklusif, maka diadakan juga pelatihan untuk guru yang bukan berlatar pendidikan inklusif untuk lebih memahami.
Program Yayasan Sankita dan Dukungan Kepada Orangtua Penyandang Disabilitas
Adapun program yayasan Sankita, yaitu berupa pelatihan guru inklusif, yang antara lain :
1. Identifikasi atau asesmen anak berkebutuhan khusus (abk) yang bekerja sama dengan tim psikolog.
2. Selain itu menyusun rencana strategi menghadapi ABK Apa saja permasalahan yang dialami oleh abk dalam belajar, apa saja yang ABK butuhkan dalam belajar
3. Menyusun strategi pembelajaran untuk mengajari ABK tersebut, seperti mengatur posisi duduk anak yang disabilitas sesuai dengan jenis permasalahan yang dihadapi.
Dukungan & Motivasi kepada Orangtua
Melalui Yayasan Sankita, bapak Anselmus selalu memberikan dukungan dan sosialisasi berupa memberi motivasi secara verbal dan kehadiran kepada orang tua anak disabilitas dan kusta, bahwa anak mereka bisa mendapatkan kesempatan bersekolah di sekolah negeri/umum.
Selain itu juga mengadakan pelatihan di Balai desa dengan mengikuti kegiatan yang ada di sana. Mensosialisasikan bahwa anak dengan disabilitas bisa berbaur di tengah masyarakat dan melakukan tugasnya, tentunya didukung dengan berbagai pihak.
Dengan berpedoman kepada UUD 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Bapak Frans Patut sebagai kepala sekolah memastikan bahwa setiap anak baik disabilitas atau tidak, wajib mendapatkan pendidikan yang layak. Terutama bagi yang sekolah SLB-nya jauh, tentunya diharapkan untuk mendaftar di sekolah negeri.
Kesimpulan
Diskriminasi bukan hanya terjadi pada dewasa saja, tapi juga pada anak-anak. Anak disabilitas dan kusta sering mendapatkan perlakuan yang tidak layak bahkan di lingkungan sosial dan dunia pendidikan. Pendidikan yang tidak mendukung, membuat anak menarik diri untuk bersekolah.
Oleh karena itu perlu adanya komitmen seluruh pihak, baik guru dan lingkungan di sekitarnya untuk memastikan anak disabilitas mendapatkan pengasuhan dan pendidikan yang baik. Memastikan tumbuh kembangnya berjalan dengan optimal, memiliki masa depan yang baik dan tidak lagi dibedakan dengan anak lainnya yang non disabilitas.
Upaya pemenuhan hak pendidikan yang inklusif pada anak disabilitas dan kusta dapat segera terwujud bila segala pihak mendukung penuh sekolah inklusif baik di kota mau pun desa. Juga bagi orang tua yang ingin anaknya bersekolah layaknya anak normal lainnya, pendidikan berbasis sekolah inklusif adalah solusinya.
Sumber :
Streaming Youtube Kanal Berita KBR
Memang semua sekolah seharusnya sudah menjalankan pendidikan inklusif saat ini tetapi padan kenyataannya, belum semua sekolah siap meskipun sudah menyatakan dirinya sekolah inklusi.
BalasHapusBenar sekali mba, hanya sedikit sekolah yang benar-benar bisa menerapkan sekolah inklusif ini
HapusPerlu upaya yang berkelanjutan untuk bisa menyadarkan masyarakat agar tidak ada diskriminasi. Kasihan sekali kan,seharusnya mereka disupport maoah mendapat perlakuan tidak bagus.
BalasHapusSekolah inklusif juga perlu diperluas jangkauannya. Selain upayanya yang baik untuk menghilangkan diskriminasi kusta, sekolah ini bisa dijadikan role model untuk kesetaraan pendidikan yang adil bagi semua orang khususnya teman-teman disabilitas, penyandang HIV serta penyitas.❤️
BalasHapusSetiap warga negara memiliki hak yg sama terutama dalam bidang pendidikan kalau di sekolah anakku ada mbaa mereka menerima anak2 berkebutuhan khusus dkk. Bahkan ada kegiatan jumat kmrn marketday khusus mereka yg buat anak2 lain yg normal supaya beli biar laris manis
BalasHapusMasa kanak-kanak itu sudah perlu ditanamkan menghargai dan menghormati perbedaan. Ada teman berbeda saja rentan dirundung. Apalagi yang penyandang disabilitas dan kusta. Makanya perlu banget sekolah inklusif diperluas.
BalasHapusPerundungan sesuatu yang tidak bisa dimaafkan begitu saja, pelakunya harus mendapatkan hukuman yang setimpal. Yaps, sebagai seseorang yang dulu sering kena bully, bahkan sama guru sendiri (asli guru gaada akhlak memang), saya harap hukuman bully semakin dipertegas, dan pihak sekolah tidak bisa menjadikan "masih anak-anak" sebagai dalih agar permasalahan perundungan tidak terlalu panjang..
BalasHapusBenar banget. Semua anak berhak mendapat pendidikan. Dan orangtua dari anak disabilitas juga perlu dapat support semangat. Sehat selalu Bapak Anselimus.
BalasHapus